A. SEJARAH RINGKASNYA .
Sayid Jamaluddin lahir di Kabul, Afganistan, tahun 1839. Ia digelari "Al Afgani", yaitu orang Afganistan.
Setelah menamatkan pelajarannya dalam beberapa sekolah umum di negerinya ia terjun dalam suatu gerakan politik yang terkenal ketika itu, namanya "pergeraka n pan islamisme" , suatu gerakan yang menuju atas pembentukan suatu Khalifah Islam untuk umat Islam di dunia.
Beliau seorang pemimpin yang cerdas, dalam ilmunya, khusus dalam soal-soal manthiq dan falsafat, tetapi ia bukanlah seorang ulama, sebagai yang biasa digambarkan dengan salah oleh beberapa penulis Indonesia. Dan juga bukanlah ia sebagai seorang "pemodernisasi agama",
tetapi ia adalah "pemodernisasi politik",karena ia tidak banyak tahu dalam alqur'an dan hadist, tetapi ahli dalam soal-soal politik, khusunya soal-soal politik kolonial Inggris.
Dalam soal keyakinan keagamaan ia condong kepada faham Syi'ah (Zuhrul Islam, Juzu' I, halaman 191).
Jadi tidak heran, kalau Jamaluddin al Afgani dalam banyak hal mengeritik secara tajam kaum Ahlussunnah Wal Jama'ah, karena antara faham Syi'ah dan faham Ahlussunnah Wal Jama'ah memang sangat berbeda,terutama dalam soal-soal "IJTIHAD & TAQLID".
Pada tahun 1869, ya'ni dalam usia 30 tahun, beliau diusir keluar negeri oleh pemerintah Afganistan, karena sikap-sikap politiknya yang menentang penguasa-penguasa Afganistan ketika itu.
Setelah tiba dimesir namanya menjadi terkenal, krn ia adalah seorang pemimpin muda yg menentang kolonialisme, baik kolonial inggris maupun kolonial perancis, yg ketika itu sedang menggerayangi negeri2 yg penduduknya beragama Islam.
Mahasiswa2 Al Azhar banyak tertarik kepadanya, diantaranya MUHAMMAD 'ABDUH, HASAN AT THAWIL dan lain2.
Muhammad 'Abduh lebih banyak datang ke rumah Jamaluddin dibanding hadirnya dibangku kuliah Al Azhar, karena dari Jamaluddin ia banyak mendapat pelajaran2 seumpama manthiq, falsafah, tata negara dan soal2 politik.
Inilah agak sebabnya, maka niat ibu bapak Muhammad Abduh yg hendak menjadikan anaknya menjadi Ulama besar serupa IBNU HAJAR AL HAITAMI, ZAKARIA AL ANSHARI, DAN IBRAHIM AL BAJURI, yg semuanya keluaran Al Azhar, tidak tercapai adanya, krn Muhammad Abduh di Al Azhar terganggu oleh pelajaran politik dari Jamaluddin ini di luar Al Azhar.
Akibat ini juga, Muhammad Abduh membuang faham lamanya, yaitu faham Ahlussunnah Wal Jama'ah yg tidak disukai oleh gurunya Jamaluddin ini, sehingga guru2 Muhammad Abduh di Al Azhar tidak senang kepadanya.
Pada tahun 1879, yaitu setelah 10 tahun Jamaluddin tinggal di mesir maka ia diusir lagi oleh pemerintah Mesir, Khedewi Taufiq Pasya, krn politiknya & agamanya tidak disukai oleh pemerintah Mesir. Ia pergi ke Eropa, mengunjungi beberapa negeri di Eropa, & akhirnya tinggal menetap di kota Paris, ibukota Prancis.
Pd tahun 1884, yaitu sesudah ia tinggal di Paris selama lebih kurang 5 tahun ia mendengar bahwa muridnya yg disayanginya Muhammad Abduh, telah diusir pula oleh Pemerintah Mesir & ketika itu sedang tinggal di Beirut, libanon, sebagai dosen dari perguruan tinggi "SULTHANIYAH". Jamaluddin memanggil muridnya ini ke Paris & disana berdua mereka menerbitkan sebuah majalah namanya "Al Urwatul Wutsqa" (tali yang teguh), yaitu sebuah majalah politik berdasarkan Islam.
Majalah itu hanya terbit 18 nomor. Tanggal mulai terbit 13 maret 1884 & no terakhir bertanggal 17 oktober 1884 juga.
Kumpulan majalah al urwatul wutsqa ini sudah dicetak kembali di Mesir, sehingga kita dari Majalah ini dapat melihat, betapa & siapa Jamaluddin Al Afgani & Muhammad Abduh itu.
Jamaluddin adalah seorang politikus yg menentang dgn gigih imperialisme Barat, terutama imperialisme Inggris yg ketika itu telah menggerayangi India & Mesir.
Bukan saja imperialisme Inggris, tetapi orang2 yg dianggapnya kaki tangan imperialisme Inggris seperti SIR SAYID AHMAD KHAN & MIRZA GHULAM AHMAD AL QADIYANI, juga ditelanjangi habis- habisan & dikatakan budak imperialisme Inggris (kumpulan majalah al urwatul wutsqa, dari hal 472---475).
Dari sini dapat pula diambil suatu kesimpulan, bahwa antara orang2 yg dianggap diIndonesia sebagai pemuka gerakan modernisasi agama terdapat pertentangan2 yg sangat mendalam. Majalah Al Urwatul Wutsqa itu akhirnya ditutup oleh pemerintah Perancis & beliau diusir lagi dari paris.
Akhirnya Jamaluddin terdampar ke turki, bernaung di bawah naungan Sulthan Abdul Hamid Khan & wafat di situ pada tahun 1897, dalam usia 58 tahun (Adabul Lughah Al Arabiyah, juz IV, hal 279).
Demikian riwayat ringkas dari pemimpin politik yg terkenal, Sayid Jamaluddin. Beliau tidak meninggalkan karya2 atau kitab2 yg bertalian dgn agama, kecuali hanya kumpulan majalah "Al Urwatul Wutsqa" & dua buah buku kecil, yaitu "Ar Raddu Alad Dahriyin" & "Sejarah Afganistan" (Adabul Lughah idem).
Dari peninggalan2 nya itu kita dpt melihat & dapat mengambil kesimpulan, bahwa Jamaluddin bukanlah pemuka & ulama agama, atau katakanlah sebagai pemuka "Modernisasi agama", tidak, tetapi beliau hanyalah pejuang kemerdekaan untuk umat islam.
B. KONSEPSI DAN PENDAPAT-PENDAPATNYA.
1. Sebagai orang syi'ah ia berpendapat, bahwa imam Mujtahid itu perlu ada pada setiap masa, sebagai pengganti Imam syi'ah yang gaib yang ditunggu kedatangannya akhir zaman.
Walaupun tidak terdapat seorang yang sanggup menjadi imam Mujtahid, namun harus diangkat oleh rakyat seorang menjadi menjadi Imam Mujtahid, sebagai "KEPALA NEGARA".
2. Faham kaum Ahlussunnah Wal Jama'ah, terutama faham ulama2 Mazhab yang empat, yang sangat mempersukar syarat-syarat menjadi Imam Mujtahid, tidaklah benar, KATANYA.
3. Agak sesuai dengan Ibnu Taimiyah dan muridnya Muhammad Abduh beliau menyerukan juga "kembali kepada Allah dan Rasul".
4. Tidak menyukai madzhab-madzhab , khususnya tidak menyukai madzhab Syafi'i.
Posting Komentar
jangan lupa di coment !!!!