Istawa versi Ibnu Taimiyah (Maha suci Allah daripada bertempat)

Istawa versi Ibnu Taimiyah (Maha suci Allah daripada bertempat)

1. Tuhan Duduk Diatas Arasy Serupa Dengan Duduknya.

Ibnu taimiyah memfatwakan bahwa tuhan duduk bersela di atas 'arasy, serupa dengan duduk bersela'a Ibnu Taimiyah sendiri. Faham ini beberapa kali diulangnya di atas mimbar Masjid bani ummayah di damsyik syria dan di mesir.

Ia mengemukakan dalil ayat qur'an yang diartikan semaunya saja,dan sebagai yang tersurat saja, tanpa memperhatikan
yang tersirat dari ayat2 itu.
Jadi, Ibnu Taimiyah boleh digolongkan kepada kaum ZAHIRIYAH, yaitu "kaum lahir", yang mengartikan ayat2 Qur'an dan Hadist nabi secara lahirnya saja.
Misalnya firman tuhan pada surat THA-HA ayat 5 :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Artinya: (menurut Ibnu Taimiyah) :"Ar-rahman duduk bersela di atas "arasy (tha-ha : 5)

Dan ayat2 Qur'an yang serupa dengan ini, yg tersebut dalam 7 buah surat dalam al-qur'an, yaitu pada :
1.surat Tha-ha : 5
2.Al- A'raf : 54
3.Yunus : 3
4.Ar-R'ad : 2
5.Al Furqan : 59
6.As Sajadah : 4
7.dan Al Hadid : 4.

Ibnu Taimiyah mengartikan perkataan-perkataan "ISTAWA" yang ada dalam ayat-ayat itu dengan duduk bersela serupa duduknya sendiri.
Fatwa dan I'tiqad Ibnu Taimiyah semacam itu ditolak oleh kaum AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH, bukan saja ditolak dengan lisan dan tulisan tetapi juga sampai dibawa ke pengadilan dan akhirnya di hukum sampai mati dalam penjara.
kaum AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH, baik kaum salaf ataupun khalaf, tdk mengartikan perkataan "ISTAWA" dalam ayat-ayat itu dengan duduk bersela seperti duduk manusia. 

Ada 2 aliran dalam kaum ahlussunnah wal jama'ah dalam mengartikan (menafsirkan) ayat2 "ISTAWA" itu :

1.ALIRAN SALAF, atau ulama-ulama islam yang hidup dalam 300 tahun sesudah tahun Hijrah.

2.ALIRAN KHALAF, yaitu ulama islam yang hidup di muka 300 tahun sesudah Hijrah sampai sekarang.

Ulama-ulama salaf mnyerahkan arti yang hakiki dari perkataan "ISTAWA" itu kepada allah. Memang dalam bahasa Arab "ISTAWA artinya duduk, tetapi ayat2 sifat "ISTAWA" lebih baik dan lebih aman bagi kita apabila tidak diartikan, hanya diserahkan artinya kepada Tuhan sambil kita I'tiqadkan bahwa Tuhan tidak serupa dengan makhluk.
Ulama2 khalaf menta'wilkan prkataan "ISTAWA" itu dengan "ISTAULA", ya'ni menguasai atau memerintah.
Tetapi kedua-dua itu menentang cara Ibnu Taimiyah yang menyerupakan duduknya Tuhan seperti duduknya sendiri.
Karena itu Ibnu Taimiyah bukan pengikut ulama-ulama salaf dan juga bukan pengikut ulama-ulama khalaf. Ini harus dicamkan benar2, Karena di Indonesia desas-desus, Bahwa Ibnu Taimiyah itu penganut faham salaf.
Kalau diteliti secara mendalam, maka cara2 Ulama salaf dan Ulama khalaf tidak berbeda, keduanya sama-sama menta'wilkan ayat-ayat Mutasyabihat, tetapi cara menta'wilkan berlain-lain.

Ulama2 salaf mengakui, memang arti "ISTAWA" dalam bahasa Arab adalah duduk, dan perkataan "TANGAN" memang tangan, tetapi duduknya Tuhan dan tangannya Tuhan tidak serupa dengan duduk dan tangan makhluknya. jadi perkataan "ISTAWA" dan "YADUN" tidak dipakai dengan artinya yg asli lagi.
Sepanjang riwayat sejarah, bahwa pada suatu hari Imam Malik bin Anas ditanya tentang arti ayat pada surat THA-HA ayat 5 itu, maka beliau menjawab :
ARTINYA : "perkataan ISTAWA sudah diketahui oleh setiap orang artinya, tetapi caranya tidak diketahui, bertanya-tanya dalam soal ini adalah BID'AH".
Demikian penjawaban seorang ulama salaf yaitu Imam Malik bin nas pembangun mazhab MALIKI (93 H.----179 H.)

Kaum AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH aliran khalaf mengartikan ayat ISTAWA itu "ISTAULA" yg berarti menguasai atau memerintahi.
Tersebut dlm kitab2 tafsir yang mu'tabar begini :

1. Dalam Tafsir Jalalaen jilid III, HAL. 82 begini :
yang dimaksud ialah menguasai dan memerintah.

2. Dalam kitab Tafsir Farid Wajdi,HAL. 412 begini :
Istawa artinya memerintah dan menguasai

3. Dalam Tafsir Ruhul Bayan,jilid V, HAL.363 begini :
والاستواء الاستقرار والمراد به هاهنا الاستيلاء

Yang dimaksud dengan Istawa adalah menguasai.

Ulama khalaf menganggap bahwa menta'wilkan Istawa dengan Istaula adalah lebih aman buat I'tiqad, krn tidak akan ada sedikit juga lagi bertentangan dengan ayat dalam surat syura, yaitu :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
ARTINYA : Tiada yang menyerupai DIA suatu juga" (Asy-Syura :11)

Kalau dikatakan Tuhan bersela serupa selanya Ibnu Taimiyah maka Tuhan sudah serupa dengan Makhluk.----SUBHANALLAH----sudah bertentangan dgn ayat ini.
Pengertian macam ini bagi perkataan "ISTAWA" terpakai dalam bahasa 'arab.
Dalam al-qur'an banyak perkataan ISTAWA yang artinya bukan "duduk bersela", seperti dalam firman Tuhan Surat Hud Ayat 44 yang Artinya begini:
وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ
ARTINYA : "Dan perahu nabi Nuh berlabuh di judi" (HUD : 44)


Arti ISTAWA dalam ayat ini berlabuh, bukan bersela karena perahu tak pandai bersela.

Dan lagi firman Tuhan dlm surat Al-Baqarah ayat 29 yg artinya begini :
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
ARTINYA : "Kemudian Tuhan MENYENGAJA langit,lalu dibuat'a 7 langit" (Al-Baqarah :29)


Arti ISTAWA dlm ayat ini MENYENGAJA (QASHADA) membuat, bukan bersela.

Kalau di artikan duduk bersela dlm ayat ini sebagai faham Ibnu Taimiyah, maka terdapatlah arti yang pincang, yaitu Tuhan duduk bersela di atas langit yang sedang di jadikannya. SUBHANALLAH...!!!

Dan lagi firman dalam surat Al-Qashas ayat 14 yang artinya :
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا
ARTINYA : "Dan setelah dia dewasa dan cukup usianya, kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu" (Al-Qashas : 14).

 Arti ISTAWA dalam ayat ini adalah cukup umur, bukan duduk bersela.

Dan lagi firman Tuhan dalam surat Al-Fath ayat 29 yg artinya begini :
كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
ARTINYA : "Sebagai tanaman yg mengeluarkan tunas'a yg lembut, kemudian bertambah kuat dan bertambah besar, dapat TEGAK di atas batang'a" (Al-Fath : 29)

Perkataan ISTAWA dalam ayat ini ialah "TEGAK" bukan duduk bersela.

Nampaklah bahwa dalam ayat-ayat suci banyak perkataan ISTAWA yang tidak berarti "DUDUK BERSELA". maka heranlah kita kepada Ibnu Taimiyah yang memaksa dirinya untuk mengartikan "ISTAWA" dalam surat THA-HA dan lain-lain itu, dengan duduk bersela serupa ia bersela sehingga menjatuhkan dirinya ke dalam golongan MUSYABBIHAH yaitu orang yang menyerupak tuhan dengan makhluknya.

Andai kata diterima faham Ibnu Taimiyah, yg berpendapat bahwa Tuhan duduk bersela di atas ''Arasy maka bagaimana Artinya lagi Ayat Al-Qur'an surat AL-HADID ayat 4 yang artinya begini :
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
ARTINYA : "Dan Ia Tuhan bersama kamu dimana juga kamu berada". Al-Hadid : 4)

Faham Ibnu Taimiyah ini menimbulkan kesan seolah-olah Tuhan dua atau banyak, karena yang satu duduk bersela di atas 'Arasy dan yg lain-lain berjalan-jalan bersama manusia.
Alangkah kelirunya Faham ini.....?

Pendeknya dapat diambil kesimpulan, bahwa faham yang mengatakan Tuhan duduk bersela di atas ''Arasy serupa duduknya Ibnu Taimiyah itu atau serupa duduknya siapa juga pun, adalah faham yang sesat lagi menyesatkan, karena bertentangan dengan sifat Tuhan : MUKHALAFATUHU TA'ALA LIL HAWADIST (berlainan dari sekalian makhluk).

Hay tamuku,Trimakasih sudah membaca Istawa versi Ibnu Taimiyah (Maha suci Allah daripada bertempat) ,Silahkan bagikan artikel Istawa versi Ibnu Taimiyah (Maha suci Allah daripada bertempat) kepada teman anda!
Share on :
 

+ komentar + 1 komentar

Anonim
30 November 2012 pukul 19.47

Hati-hati kalau menulis... belajarlah yg banyak terlebih dahulu

Posting Komentar

jangan lupa di coment !!!!

 
Support : Al-Fata | Ijal Mantap |
Copyright © 2013. Goresan ijal mantap - All Rights Reserved
Di Design Ulang Oleh I Template Blog Published by I Template Blog
Proudly powered by Blogger