Azali adalah sebuah konsep teologis dan
filosofis yang berarti “tidak berawal atau tidak mempunyai permulaan”.
Istilah Azali dalam bahasa arab mengandung pengertian sama dengan istilah
“Qadim”, yang biasanya diikuti dengan istilah “Baqa” yang berarti kekal, atau “tidak
bermula dengan masa dan tidak berakhir dengan waktu”.
Kaum teolog sepakat mengatakan bahwa Allah Swt
sebagai Khaliq haruslah bersifat Azali atau Qadim, artinya ada sejak
dahulu
tanpa permulaan. Dia berbeda dengan alam, ya’ni makhluk yang bersifat hadist
(ada permulaannya). Bagi kaum Asy’ariyah tidak hanya zat Allah Swt yang
bersifat Azali atau Qadim tetapi sifatnya yang berdiri diluar zatnya juga
bersifat qadim.
Oleh kaum “Mu’tazilah” yang meniadakan ada
sifat bagi Allah Swt berdiri diluar zat, dipandang sebagai paham yang membawa
pada banyaknya yang Qadim (Ta’adud Al Qudama’). Paham ini tidak dapat diterima
oleh konsep tauhid dalam teologi islam. Untuk mengatasi hal ini, kaum
Asy’ariyah mengatakan bahwa sifat itu bukanlah tuhan, tetapi tidak pula lain
dari Tuhan.
Kaum teolog, seperti disebutkan diatas
mengatakan bahwa alam sebagai makhluk haruslah bersifat hadist (artinya tidak
bisa bersifat Qadim), tetapi para filosof berpaham sebaliknya, yaitu alam juga
bersifat Azali atau Qadim kata mereka. Paham filsafat ini berpangkal dari
pemikiran mereka : “tidaklah mungkin ada Sesutu dari ketiadaan”.
Ada yang mengatakan “sesungguhnya Tuhan yang
wajib wujudnya dengan sendirinya, karena Allah bersifat Azali atau Qadim, alam
juga haruslah bersifat Qadim”. Paham Filsafat ini diserang habis oleh Imam
Al-Ghazali. Ia mengatakan bahwa paham ini telah membawa kepada kekufuran.
Istilah “Azali” sering pula dikenal dalam
pembicaraan tentang Taqdir atau Qadha dan Qadar. Dalam paham taqdir kaum
Asy’ariyah mengatakan bahwa nasib manusia telah ditakdirkan oleh allah Swt
sejak Azali. Artinya ketentuan Allah Swt yang merupakan realisasi dari sifat
Qudrat dan Iradatnya pada manusia telah ditentukan sejak Azali. Muhammad Abdul
Karim Syahratsani, seorang pengikut paham Asy’ariyah, mengatakan bahwa semua
nasib manusia telah ditetapkan Allah Swt sejak Azali dan telah tertulis di Lauh
Mahfudh (catatan tentang ketentuan yang telah ditetapkan Allah Swt). Semua itu
akan terwujud sesuai dengan ketentuan yang telah ada tanpa ada perubahan atau
pergantian sedikit pun.
Posting Komentar
jangan lupa di coment !!!!