Suatu
masalah dalam agama yang nampaknya kecil tetapi pada hakikatnya besar, ialah
masalah membaca “sayidina” ketika mengucapkan shalawat kepada nabi Muhammad
saw.
Dikatakan kecil karena hanya
menyangkut sepatah kata, tetapi besar karena masalah ini berhubungan langsung
dengan pribadi nabi Muhammad Saw yang sangat dihormati.
Ulama-ulama sunny dan
pengikut-pengikutnya memang dari dulu membiasakan diri
membaca “sayidina” ketika mengucapkan shalawat. Mereka bershalawat begini :
membaca “sayidina” ketika mengucapkan shalawat. Mereka bershalawat begini :
اللهما صلى على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد
Artinya :
“ya Allah, turunkanlah rahmatmu kepada “sayidina” Muhammad dan kepada keluarga “sayidina” Muhammad.
“ya Allah, turunkanlah rahmatmu kepada “sayidina” Muhammad dan kepada keluarga “sayidina” Muhammad.
Mereka tidak membiasakan diri membaca shalawat tanpa “sayidina” seperti :
اللهما صلى على محمد وعلى
ال محمد
Artinya : “ya Allah, turunkanlah rahmatmu
kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad.
Kemudian dalam rangka
“modernisasi agama” juga timbul fatwa-fatwa baru yang mengatakan bahwa membaca
“sayidina” dalam mengucapkan shalawat kepada nabi, tidak baik. Lebih baik
dihentikan.
Disebabkan fatwa baru ini terjadilah dua
golongan di Indonesia, yaitu : ada golongan yang tetap membaca sayidina dan ada
pula yang tidak membaca sama sekali.
Hal ini menjadi menyolok kalau shalawat itu diucapkan
dihadapan umum, seperti pada khutbah-khutbah jum’at yang didengar oleh orang
banyak, karena ada khatib jum’at yang membaca sayidina dalam membaca shalawat
dan ada khatib yang tidak membaca sayidina.
Orang awam yang mendengar khutbah itu
terheran-heran saja, dan bertanya-tanya dalam hati : kenapa pembacaan kedua
khatib ini berbeda ???
Kemudian, orang awam sebagai biasanya ada
yang menanggapi secara negatif, mereka mengatakan : yang membaca sayidina
adalah khatib kuno, dan yang tidak membaca sayidina adalah khatib modern.
Dengan sebab demikianlah, kita selaku
orang-orang yang mengetahui sepatah dua kata tentang masalah ini harus
menjelaskan kepada orang yang masih timbul keraguan dalam maslah ini.
I.
ARTI PERKATAAN SAYIDINA
“SAYID”adalah bahasa arab yang artinya “penghulu”. “sayidina” berarti penghulu kita.
Penghulu adalah orang yang dimuliakan dalam suatu kelompok
manusia dan orang yang dijadikan ikutan dan pimpinan dalam segala urusan.
Kalau kita
katakana bahwa nabi Muhammad saw, “penghulu kita” maka itu berarti bahwa beliau
adalah orang yang kita muliakan, yang kita hormati, yang kita junjung tinggi,
dan yang kita jadikan pimpinan dan ikutan lahir batin, dunia akhirat.
Kalau kita ucapkan
“sayidina Muhammad” maka itu berarti bahwa kita memuliakan beliau
sebaik-baiknya dan mengangkat derajat beliau setinggi-tingginya, sesuai dengan
kedudukan beliau yang sebenarnya.
II.
HUKUM DALAM MAZHAB IMAM SYAFI’I
Seluruh
kitab-kitab fiqih yang mu’tamad dalam mazhab imam syafi’i mengatakan bahwa
membaca sayidina sebelum membaca nabi Muhammad saw, dalam shalawat adalah
afdhal (lebih baik) karena hal itu berarti menghormati dan memuliakan nabi saw.
Ucapan shalawat yang
afdhal adalah :
اللهما صلى على سيدنا
محمد وعلى ال سيدنا محمد
Artinya : “ya Allah,
turunkanlah rahmatmu kepada “sayidina” Muhammad dan kepada keluarga “sayidina”
Muhammad.
Tersebut dalam kitab-kitab fiqih
begini :
1. Diterangkan
dalam kitab “nihayatul muhtaj” karangan ulama besar syeikh Syamsuddin ar-
Ramli, yaitu suatu kitab fiqih yang mu’tamad yang dipegang teguh dalam mazhab
imam syafi’I, sebagai berikut :
والافضل الاتيان بلفظ السيادة كما قاله ابن ظهيرة وصرح به جمع وبه
أفتى الشارح لان فيه الاتيان بما امرنا به وزيادة الاخبار بالواقع الذي هو ادب فهو
افضل من تركه نهاية المحتاج
Artinya : “dan yang lebih afdhal menambah lafadh “sayidina” sebagai
dikatakan ibnu zahirah, dan yang dikatakan sejelas-jelasnya oleh sekumpulan
ulama, dan juga yang difatwakan oleh pengarang kitab ini, karena menambahkan
“sayidina” itu dalam shalawat, kita telah mengerjakan perintah nabi dan pula
telah mengucapkan yang benar, yaitu berbicara secara sopan dan beradab. Membaca
“saiyidina” lebih afdhal daripada tidak membaca (nihayatul muhtaj, juzu’ I, hal
509).
2. Berkata
syeikh Muhammad al-Fasi pengarang kitab “syarah dalailul khairat”, begini :
الصحيح جواز الاتيان بلفظ السيد والمولى ونحوهما مما يقتضى التشريف
والتوقير والتعظيم فى الصلاة على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وايثار ذالك على
تركه
Artinya : “fatwa yang sahih adalah boleh menambahkan “sayidina” dan
“maulana”, dan lain-lain perkataan yang menyatakan menghormati, memuliakan
serta membesarkan nabi dalam mengucapkan shalawat untuk penghulu kita nabi
Muhammad saw, mengucapkan lebih baik daripada meninggalkannya (sa’datut durain,
hal 11).
3. Berkata
syeikh syihabuddin al qaliyubi, pengarang dan pensyarah kitab minhaj imam
nawawi, begini :
نعم ! لا يضر زيادة هيم فى عليك ولا يا نداء قبل ايها ولا وحده لا
شريك له بعد اشهد ان لا اله الا الله, لورودها فى رواية كما قاله شيخنا ولا زيادة
عبده مع رسوله ولا زيادة سيدنا قبل محمد. هنا وفى الصلاة عليه الاتية بل هو افضل
لان فيه مع سلوك الادب امتثال الامر قليوبى
Artinya :”ya ! tidak merusakkan (dalam tasyahud) menambahkan huruf
“mim” pada “’alaika”, begitu juga menambahkan “ya” sebelum “ayyuha”, begitu
juga membaca “wahdahu la syarikalah” sesudah “asyhadu an la ilaha illallah”,
begitu juga menambahkan “’abduhu” sebelum lafadh “warasuluhu”, begitu juga
menambah “sayidina” sebelum nama “Muhammad” (dalam tasyahud atau dalam
shalawat), tetapi membaca sayidina lebih afdhal karena dalam membaca “sayidina”
itu kita sudah menjalankan perintah nabi serentak dengan memuliakan dan
menghormati nabi. (Qaliyubi I, hal 167).
Jadi, membaca “sayidina”
menurut syeikh Qalyubi adalah ibarat orang mendayung sampan, sekali mendayung
sampan, dua tiga pulau terlampau, yaitu :
1) Bershalawat
menurut yang diperintahkan nabi.
2) Menghormati
dan memuliakan nabi.
4. Tersebut
di dalam kitab Hasyiah Tuhfah karangan ‘Allamah Ibnu Qashim Al-‘Ubbadi, begini
:
واعتمد
الجلال المحلى اي فى غير شرحه ان الافضل زيادتها واطال فى ذالك وقال : ان حديث لا
تسيدونى فى الصلاة باطل
Artinya :”dan memegang
teguh Syeikh Jalaluddin Al-Mahalli akan fatwa yang menyatakan bahwasanya yang
lebih afdhal adalah menambahkan “sayidina”, fatwa ini diuraikan panjang lebar
oleh beliau, tetapi bukan dalam kitabnya syarah minhaj. Adapun hadist yang
menyatakan :”janganlah kamu bersayidina kepadaku dalam sembahyang” adalah
hadist munkar yang dibuat-buat, ya’ni hadist maudhu’ (Hasyiah Tuhfah I, hal
368).
Dari keterangan Al-‘Ubbadi
ini ternyata bahwa syeikh Jalaluddin Al-Mahalli menfatwakan membaca “sayidina”
adalah afdhal, dan hadist yang mengatakan “jangan bersayidina kepadaku dalam
sembahyang” adalh hadist maudhu’, yaitu hadist yang dibuat-buat oleh pembohong.
5. Tersebut
dalam kitab Hasyiyah Tuhfah juga, karangan Al-Abbadi :
واشتهرت
زيادة سيدنا قبل محمد
Artinya :”dan telah
masyhur fatwa yang mengatakan bahwa baik sekali ditambah perkataan “sayidina”
sebelum menyebut nama nabi Muhammad. (Hasyiah Tuhfah I, hal 268).
Jelaslah bahwa fatwa
membaca “sayidina” itu adalah fatwa yang sudah terkenal dikalangan ulama-ulama
islam.
6. Tersebut
dalam kitab I’anatut thalibin :
الاولى
ذكر السيادة لان الافضل سلوك الادب اعانة الطالبين
Artinya :” dan adalah yang
lebih baik mengucapkan “sayidina” sebelum nama nabi, karena yang afdhal adalah
bersopan terhadap nabi. (I’anatut Thalibin I, hal 169).
Kitab I’anatut Thalibin
adalah suatu kitab fiqih dalam mazhab syafi’I karangan Abu Bakar Syatha, yaitu
kitab syarah daripada kitab Fathul Mu’in karangan Syeikh Al-Malibari. Kitab ini
dipakai dalam pelajaran fiqih pada madrasah-madrasah di Indonesia.
Nah,,, demikianlah
sekelumit nash ulama-ulama dalam kitab fiqih yang mu’tamad yang dipegang teguh
oleh ummat islam, baik dalam melaksanakan ibadat kepada tuhan atau dalam
menjalankan hokum pengadilan.
Boleh dikatakan bahwa
seluruh kitab-kitab fiqih dalam mazhab Syafi’I senada dalam masalah ini, yaitu
dalam fatwa-fatwa :
a. Yang
lebih afdhal (yang lebih baik) membaca sayidina dalam shalawat.
b. Membaca
sayidina itu dengan maksud menghormatidan memuliakan nabi Saw.
c. Bersopan
dan beradap terhadap Nabi Saw, adalah suatu hal yang pokok dalam agama Islam.
III.
DALIL-DALIL FATWA
Dalil pertama
Firman Tuhan :
فالذين
امنوا به وعزروه ونصروه والتبعوا النور الذى انزل معه اولئك هم المفلحون
Artinya :”maka mereka yang
beriman pada nabi, memuliakannya, menolongnya, dan mengikut Qur’an yang
diturunkan kepadanya, mereka itulah yang beruntung yang mendapat kemenangan.
(Al-A’raf : 157).
Orang yang memuliakan nabi
adalah orang yang akan dapat kemenangan dan keuntungan. Membaca “Sayidina”
adalah dalam rangka memuliakan nabi yang mulia.
Dalil kedua
Firman Tuhan :
ان الله
وملائكته يصلون على النبي يايها الذين امنوا صلو عليه وسلموا تسليما
Artinya :”bahwasanya Allah
dan malaikat-malaikatnya bershalawat kepada nabi. Hai sekalian sekalian orang
mu’min, hendaklah kamu bershalawat pula kepada nabi dan memberi salam
sebaik-baiknya kapada beliau. (Al-Ahzab : 56).
Menurut seorang ahli
tafsir yang tekenal,Syeikh Ahmad bin Muhammad As-Shawi dalam tafsirnya yang
terkenal “Tafsir Shawi” menafsirkan ayat ini sebagai berikut : Tuhan Allah
menghormati dan menurunkan rahmatnya atas nabi, malaikat-malaikat juga
menghormati dan memohonkan rahmat Tuhan kepada nabi.
Dan Tuhan memerintahkan
kepada sekalian orang yang beriman supaya menghormati dan memohonkan rahmat
untuk nabi (Tafsir Shawi III, hal 268).
Kemudian Shawi menerangkan
bahwa ini suatu bukti bahwa nabi Muhammad Saw, adalah paling mulia disbanding
dengan makhluk-makhluk lainnya yang dimuliakan Tuhan, karena rahmatnya
diturunkan serentak dengan penghormatannya kepada beliau.
Adapun kepada makhluk lain
yang diberikan Tuhan hanyalah rahmatnya saja.
Selain itu dalam ayat ini
dapat dipetik bahwa makhluk penghuni alam yang tinggi, penghuni langit tujuh
lapis, yaitu malaikat yang termasuk di dalamnya malaikat sepuluh, jibril,
mikail, israfil, izrail, dan lain-lain, semuanya menghormati nabi Muhammad Saw,
dan memohonkan rahmat untuk beliau.
Kemudian Tuhan
memerintahkan pula kepada penduduk alam yang rendah, yaitu manusia supaya
mereka menghormati Nabi Saw, dan memohonkan rahmat kepada Tuhan untuk nabi Saw.
Maka dengan ayat ini Tuhan
langsung memerintahkan supaya sekalian orang mu’min menghormati dan memuliakan
nabi Saw, diantara cara untuk menghormati nabi ialah membaca “sayidina” ketika
mengucapkan shalawat kepada Nabi Saw.
Dalil ketiga
Tersebut dalam kitab hadist :
عن ابى
هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : انا سيد ولد ادم يوم القيامة واول
من ينشق عنه القبر واول شافع واول مشفع
Artinya :”dari abu
hurairah beliau berkata : Berkata Rasulullah Saw, : saya penghulu anak adam
pada hari kiamat. Orang yang paling dahulu muncul dari kubur, dan orang yang
paling dahulu member syafa’at, dan orang yang paling dahulu dibenarkan member
syafa’at. (H.R Imam Muslim, syarah Muslim XV, hal 37 dan dirawikan uga oleh
Sunan Abu Daud, Sunan Abu Daud IV, hal 218).
Dalam menafsirkan atau mensyarah
hadist ini, imam Nawawi berkata :
1) Nabi
Muhammad itu adalah “sayid” ya’ni penghulu anak adam seluruhnya, baik didunia
maupun di akhirat.
Dalam hadist ini
dinyatakan “di Akhirat”, karena di akhirat itulah akan tampak dengan nyata
kepenghuluan beliau dengan tunduk dan menghormatnya seluruh makhluk kepada
beliau. Berlainan dengan di dunia, di mana banyak orang kafir yang tidak
menghormati beliau.
Ini sama artinya dengan
ayat :
لمن
الملك اليوم لله الواحد القهار
Artinya : kepunyaan siapa
kerajaan pada hari ini? (hari kiamat). Kepunyaan Tuhan yang maha perkasa
(Al-Mu’min : 16)
Dalam ayat ini
disebutkan hari qiyamat, padahal
kepunyaan dan kekuasaan Tuhan adalah di dunia dan akhirat, tetapi di akhirat
sangat nyata sekali karena tidak ada lagi fir’aun dan sesembahan yang lain,
tidak ada lagi raja yang ingkar kepada Allah, semuanya tunduk kepadanya.
2) Nabi muhammad Saw, menyatakan
diri beliau penghulu anak Adam, hal ini beliau katakan bukanlah untuk
menyombongkan diri, tetapi adalah untuk maksud dan tujuan :
a) Mengabarkan yang benar yang mesti
dikabarkan kepada Ummat supaya mereka mengetahui dan meng i’tiqadkan,
menyesuaikan amal pekerjaan dengan itu, dan menghormati beliau.
b) Menjalankan perintah Tuhan karena
Tuhan menyuruh beliau mengabarkan Ni’mat yang diterimanya dari Allah.
Dalam hadist
sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tsb, dinyatakan secara gamblang oleh
nabi Saw, bahwa beliau “penghulu anak adam”. Ini berarti bahwa beliau adalah
penghulu dari sekalian manusia, termasuk kita.
Jadi, membaca
sayidina dalam mengucapkan shalawat adalah justru dalam rangka mengamalkan apa
yang dikatakan nabi Saw. Ini.
Tuhan berfirman
:
واما
بنعمة ربك فحدث
Artinya :” dan
karunia Tuhan (yang diberikan kepadamu seperti kerasulan, kepenghuluan)
hendaklah kamu terangkan kepada Ummat. (AD-DHUHA : 11).
Imam Nawawi
Rahimahullah menafsirkan ayat ini : bahwa karunia Tuhan kepadamu (hai
Muhammad), seperti kerasulan, kepenghuluan hendaklah diterangkan kepada Ummat.
(Syarah Muslim XV, hal : 37).
Oleh karena itu
baik sekali membaca shalawat begini :
اللهما صلى على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد
Artinya : “ya Allah,
turunkanlah rahmatmu kepada “sayidina” Muhammad dan kepada keluarga “sayidina”
Muhammad.
Dalil ke empat
Di dalam kitab
yang lain terdapat hadist yang hampir serupa dengan hadist yang ketiga tadi,
bunyinya :
عن ابي سعيد الخدرى قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
: انا سيد ولد ادم و
بيدى لواء الحمد ولا فخر وما من نبي يومىُذ ادم فمن سواه الا تحت لواء وانا اول من
تنشق عنه الارض ولا فخر. رواه الترمذى
Artinya :”dari
Abi Sa’id Al-Khudri beliau berkata : Berkata Rasulullah Saw, : say penghulu
anak adam pada hari kiamat, dan ditangan saya panji-panji kepujian, dan bukan
membanggakan diri, nabi-nabi dari Adam sampai kebawah semuanya dibawah
benderaku, dan akulah yang mula-mula muncul dari kubur. (H.R Tirmidzi, lihat
Sahih Tirmidzi XIII, hal : 102-103).
Hadist ini
menerangkan :
1. Nabi Muhammad adalah “SAYIDINA” penghulu kita.
2. Di hari kiamat, panji-panji kepujian ada di tangan beliau.
3. Sekalian nabi-nabi mulai nabi Adam sampai nabi ‘Isa As bernaung dibawah
panji-panji beliau.
4. Sewaktu dibunyikan trompet sangkakala pada hari kiamat, mula-mula yang
muncul adalah beliau.
5. Hal ini dikatakan nabi Muhammad Saw, bukanlah bertujuan untuk
membangga-banggakan diri, melainkan semata-mata mengabarkan yang benar, yang
dikaruniai Tuhan kepadanya, supaya Ummat mengetahui dan beramal sesuai dengan
garis itu.
Dalil kelima
Nabi Muhammad
Saw, bersabda :
اذا كان يوم القيامة كنت املم النبيين وخطيبهم وصاحب
شفاعتهم غير فخر. رواه الترمذى
Artinya :”
apabila hari kiamat tiba, maka saya adalah imam nabi-nabi sewaktu itu, juru
bicaranya, dan pemberi syafa’at kepada mereka, ini dakhabarkan, bukan untuk
membanggakan diri. (H.R Imam Tirmidzi XIII, hal :101).
Hadist ini
berarti bahwa nabi kita Muhammad Saw, bukan saja penghulu anak adam di akhirat
nanti, tetapi juga Imam dan juru bicara nabi-nabi.
Maksud juru
bicara disini ialah orang yang memberikan permohonan syafa’at kepada Tuhan
supaya menolong sekalian manusia, termasuk nabi-nabi.
Jelaslah yang
bahwa nabi kita Muhammad Saw, bukan hanya “sayidina” (penghulu kita), tetapi
juga “syafi’una” (penolong kita) atau pemberi syafa’at.
Dalil ke enam
Tersebut dalam
kitab hadist :
عن واثلة ابن الاسقع رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى
الله عليه و سلم : ان الله اصطفى من ولد ابراهيم اسماعيل, واصطفى من ولد اسماعيل
بني كنانة واصطفى من بني كنانة قريشا, واصطفى من قريش بني هاشم واصطفانى من بني
هاشم. رواه الترمذى
Artinya :”dari
watsilah bin asqa’ beliau berkata : berkatalah Rasulullah Saw, : hanyasanya
Allah memilih Isma’il dari anak-anak Ibrahim, dan memilih Quraisy dari Kinanah,
dan memilih Bani Hasyim dari Qurays, dan memilih Saya dari Bani Hasyim. (H.R
Tirmidzi, lihat sahih Tirmidzi XIII, hal : 94).
Dari hadist ini
dapat diambil pengertian bahwa nabi Muhammad Saw, adalah “khiyarun min khiyar”,
yaitu pilihan dari pilihan yang boleh kita pendekkan bacaannya dengan
“al-mukhtar” atau “al-musthafa”.
Baik sekali
kalau kita mengucapkan shalawat dalam rangka menghormati kepada nabi Saw,
dengan bacaan :
اللهما صلى على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد
Artinya : “ya Allah,
turunkanlah rahmatmu kepada “sayidina” Muhammad dan kepada keluarga “sayidina”
Muhammad.
Dalil ketujuh
Tersebut dalam
kitab hadist :
عن ابى
هريرة قال : قالوا يا رسول الله متى وجبت لك النبوة قال : وادم بين الروح والجسد. رواه الترمذى
Artinya :”dari
Abu hurairah Rda, beliau berkata : orang-orang bertanya kepada Rasulullah :”Ya
Rasulullah ! kapan tuan diangkat menjadi nabi ?__ beliau menjawab : pada waktu
Adam diantara roh dan jasad”.(H.R Imam tirmidzi, lihat sahih tirmidzi, juzu’
XII, hal : 99).
Hadist ini
menyatakan bahwa nabi Saw, lebih dahulu diangkat menjadi nabi oleh Tuhan
daripada pengangkatan nabi adam dan nabi-nabi lain sesudah adam, yaitu pada
waktu nabi adam belum diberi roh, sedang terbaring di syurga sebagai tanah yang
dikepal.
Jelasnya, nabi
Muhammad adalah nabi yang paling awal diangkat sebagai nabi oleh Tuhan, dan
yang paling kemudian lahir ke dunia.
Boleh dikatakan
“saidul awwalin wal akhiriin” (penghulu orang-orang yang terdahulu dan
penghulu orang-orang kemudian).
Dalil kedelapan
Tersebut dalam
kitab hadist :
الا وانا حبيب الله ولا فخر, وانا حامل لوآء الحمد يوم
القيامة ولا فخر, وانا اول شافع, واول مشفع يوم القيامة ولا فخر, وانا اول من يحرك
حلق الجنة فيفتح الله لى فيدخلنيها ومعى فقراء الموُمنين ولا فخر, وانا اكرم
الاولين والاخرين ولا فخر. رواه الننرمذى
Artinya :”ketahuilah
bahwasanya saya adalah kekasih Allah, ini bukan membanggakan diri, saya
pemegang panji-panji kepujian pada hari qiamat, dan saya adalah orang yang
pertama yang memberi syafa’at, dan orang yang mula-mula diterima syafa’atnya di
hari qiamat, ini bukan membangga.
Dan saya adalah
orang yang mula-mula menggerakkan kunci syurga, maka Tuhan membukanya dan
masuklah saya bersama orang-orang mu’min yang faqir, ini bukan membangga, saya
adalah orang-orang yang paling mulia diantara orang-orang yang terdahulu dan
orang-orang yang kemudian, ini bukan membangga. (H.R Tirmidzi, lihat sahih
tirmidzi juzu’ XIII, hal : 103).
Dalil kesembilan
و انا خاتم النبيين. رواه البخارى
Artinya :”dan
aku adalah kesudahan nabi-nabi. (H.R Imam Bukhari, Fathul Bari VII, hal : 370).
Nabi Muhammad
adalah nabi kesudahan atau nabi penutup, tidak ada nabi sesudah beliau.
Ini adalah suatu
penghormatan kepada nabi Muhammad, karena beliau adalah nabi yang palin akhir
sehingga seluruh manusia yang lahir kedunia sesudah nabi muhammad Saw,
dirasulkan sampai kepada hari kiamat nanti adalah ummat beliau, dan syari’atnya
adalah syari’at yang paling akhir, sehingga syari’atnya tidak akan pernah
berubah lagi sampai hari qiamat.
“KHATIMUN
NABIYYIN” adalah pangkat kemuliaan, oleh karena itu baik sekali bershalawat
kepada nabi dalam rangka memuliakan beliau ddengan mengucapkan :
اللهما صلى على خاتم النبيين وامام المرسلين سيدنا محمد صلى الله عليه
وسلم وعلى اله واصحابه اجمعين.
Artinya :”ya Allah turunkanlah rahmatmu
kepada nabi yang paling akhir, Imam sekalian nabi dan rasul, penghulu kami nabi
Muhammad Saw, dan kepada keluarga nabi serta sahabat beliau keseluruhan.
Banyak sekali hadist-hadist yang
menunjukkan bahwa junjungan kita nabi Muhammad Saw, adalah makhluk yang paling
mulia diantara segala makhluk-makhluk yang dimuliakan Tuhan.
Dalil kesepuluh
Tuhan berfirman
:
لا تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء بعضكم بعضا النور
: 63
Artinya :”janganlah kamu memanggil Rasul sebagaimana kamu memanggil sesama
kamu. (AN-NUR : 63).
Ayat ini
menyatakan bahwa memanggil nabi haruslah dengan cara yang hormat dan sopan,
misalnya dengan : ya rasulullah ! janganlah dengan ya Muhammad saja.
Menyebutkan nama
atau panggilan beliau haruslah dengan sopan dan hormat, misalnya :
a. Berkata nabi Muhammad Saw.
b. Bersabda Rasulullah Saw.
c. Demikian dalam syari’at junjungan
kita nabi Muhammad Saw.
d.
Demikian menurut penghulu kita
nabi Muhammad Saw.
e. Hal ini dilarang oleh junjungan
kita nabi Muhammad Saw.
f. Hal ini diperintahkan oleh nabi
kita, penghulu kita nabi Muhammad Saw.
g. Dan lain-lain kata penghormatan
yang bersamaan.
Dalil kesebelas
Tersebut dalam kitab “dailami” yaitu dalam kitab “musnadul firdausi”,
sebuah hadist dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata : telah berkata
Rasulullah Saw,
اذا صليتم علي فاحسنوا الصلاة فانكم لا تدرون
لعل ذالك يعرض علي قولوا :
Artinya :” apabila kamu bershalawat kepadaku maka ucapkanlah
dengan sebaik-baiknya karena kamu tidak tahu bahwa mungkin shalawat itu
dihadapkan kepadaku,
Ucapkanlah :
اللهم اجعل صلواتك ورحمتك وبركاتك على سيد
المرسلين وامام المتقين وخاتم النبيين عبدك ورسولك امام الخير ورسول الرحمةو اللهم
ابعثه المقام المحمود اللذى يغبطه الاولون والاخرون.
Artinya :”ya Allah, turunkanlah rahmat dan berkat engkau
untuk penghulu sekalian rasul, imam sekalian orang yang taqwa, nabi yang paling
akhir, hambamu dan rasulmu, imam segala macam kebaikan, rasul yang mambawa
rahmat.
Ya Allah, angkatlah beliau itu ketempat yang terpujiyang
diinginkan orag-orang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian. (hadist ini
dirawi oleh syeikh Dailawi dalam kitab musnadul firdausi__ sa’datut durein
karangan syeikh isma’il bin yusuf nabhani, hal : 57).
Dari hadist ini ternyata banwa nabi kita Muhammad Saw,mengajarkan
bershalawat kepada kita dengan beberapa gelar kehormartan kepada beliau, yaitu
:
a)
Saidil Mursalin
b)
Imamil muttaqin
c)
Khatimin nabi
d)
Imamil khairi
e)
Qaidil khairi
f)
Rasu;ir rahmah
g)
Abdillah
h)
Rasulillah
Perlu digaris
bawahi bahwa dalam hadist ini diajarkan “saidul mursalin” yang berarti juga
“sayidina”. Dan dalm hadist ini juga diminta supaya shalawat itu harus
diucapkan dengan perkataan yang baik-baik.
Demikianlah
dalil-dalil untuk dijadikan dasaryang kuat bagi fatwa sunnatnya membaca
“sayidina” atau memakai “sayidina” diawal-awal nama nabi Muhammad Saw.
V.
NABI MUHAMMAD
SAW, ADALAH MAKHLUK YANG PALING MULIA
Nabi Muhammad
Saw, adalh makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk yang dimuliakan
Tuhan, bukan saja beliau lebih mulia daripada manusia lainnya, tetapi juga
lebih mulia dari malaikat, lebih mulia dari segala-galanya.
Adapun
dalil-dalil yang menyatakan beliau adalah makhluk yang mulia adalah sebagai
berikut :
Dalil pertama
Firman Tuhan :
ورفعنا لك ذكرك
Artinya :”dan kami angkat tinggi nama
engkau (insyirah : 4).
Maksud ayat ini
ialah bahwa nama nabi Muhammad Saw, diangkat tinggi oleh Tuhan. Bagaimana
caranya Tuhan mengangkat tinggi nama nabi Muhammad Saw. Tersebut dalam sebuah
hadist, sebagai berikut :
عن ابي سعيد الخدري عن رسول الله صلى الله عليه
وسلم انه قال : اتانى جبريل فقال : ان ربى وربك يقول : كيف رفعت لك ذكرك, قال :
الله اعلم, قال : اذا ذكرت ذكرت معى
Artinya :”dari
Abi Sa’id al-khuduri, dari nabi Saw, beliau berkata : datang malaikat jibril
kepada saya, maka ia berkata : Tuhan ku dan Tuhanmu bertanya :”bagaimana
caranya aku mengangkat nama engkau??
Aku menjawab :
Tuhan yang paling tahu cara itu.
Berkata Tuhan
:”apabila namaku disebut, namamu disebut pula”. (Tafsir Thabari XXX_ hal :
235).
Menurut fatwa
Abdullah bin Abbas seorang sahabat nabi yang terkenal, bahwa penggandengan nama
nabi Muhammad dengan nama Tuhan adalah wajib ;
a)
Dalam membaca syahadat.
b)
Dalam khutbah.
c)
Dalam azan.
d)
Dalam qamat.
Oleh karena itu
tidak sah iman seseorang kalau syahadat nya diucapkan tanpa menyebut nama nabi
Muhammad Saw. Seperti :
اشهد ان لا اله الا الله
Tetapi kalau nama nabi Muhammad Saw,
digandengkan kepada nama Tuhan, barulah sah syahadat itu seperti :
اشهد ان لا اله الا الله, و اشهد ان محمد رسول
الله
Artinya :”saya akui bahwa tiada Tuhan
selain Allah, dan bahwasanya Muhammad rasulullah.
Jelaslah bahwa
keimanan seseorang dengan pengakuan terhadap ketuhanan yang maha esa saja,
belum cukup kalau tidak dibarengi dengan pengakuan dengan nama nabi Muhammad
Saw, denga mengandengkan nama beliau dibelakang nama Tuhan.
Hala ini bukan
saja dalam kalimat syahadat, tetapi dalam tasyahud sembahyang, dalam azan dan
qamat, dalam khutbah, nama nabi Muhammad Saw, wajib dibaca sesudah membaca nama
Tuhan.
Maka karena itu
nama nabi Muhammad Saw, adalah nama yang paling banyak dibaca.
Kalau orang
islam di dunia ini sekarang berjumlah 600 juta, dan mereka melakukan sembahyang
lima kali sehari semalam, maka nabi muhammad Saw, disebut orang 5.400.000.000
(lima miliyar empat ratus juta) X dalam sehari semalam.
Perinciannya
adalah sebagai berikut :
1.
Subuh 1X tasyahud =
600.000.000
|
2.
Dhuhur 2X tasyahud =
1.200.000.000
|
3.
Ashar 2X tasyahud =
1.200.000.000
|
4.
Maghrib 2X tasyahud =
1.200.000.000
|
5.
Isya 2X tasyahud =
1.200.000.000
|
jumlah tasyahud : =
5.400.000.000
|
kalau diambah
pula dengan banyaknya orang islam membaca syahadat, azan dan qamat, yang
bershalawat kepada nabi Saw, dalam sehari semalam dan juga yang membaca dalailul
khairat, maka hitungan miliyar tersebut harus dilipat gandakan lagi beberapa
kali.
Disinilah
letaknya kemuliaan nabi Muhammad Saw.
Dalil kedua
Tuhan berfirman :
واذا اخذ الله ميثاق النبيين لما اتيتكم من كتاب
وحكمة ثم جائكم رسول مصدق لما معكم لتؤمنن به ولتنصرنه قال : ااقررتم واخذتم على
ذالكم اصرى قالو اقررنا قال فاشهدوا وانا معكم من الشاهدين
Artinya :”dan ingatlah Allah ketika
mengadakan perjanjian dengan nabi-nabi :”jika aku berikan kepadamu kitab dan
hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan kamu, hendaklah
kamu percaya kepada dia dan hendaklah kamu tolong ia”. Ia Tuhan bertanya :
sudahkah kalian terima perjanjian itu ? mereka menjawab : sudah kami terima dan
sudah kami sanggupi.
Tuhan berkata : saksikanlah dan aku juga
menjadi saksi atas itu. (Ali Imran : 81).
Tersebut dalam tafsir Thabari : Saidina
Ali dalam menafsirkan ayat ini, berkata : sekalian nabi yang diangkat oleh
Tuhan dari nabi Adam sampai kebawah, sebelumnya sudah berjanji kepada Tuhan
bahwa kalau nabi Muhammad Saw, kebetulan dirasulkan ketika nabi-nabi itu masih
hidup, maka nabi-nabi itu harus beriman kepada nabi Muhammad dan harus menolong
ia dalam menjalankan syari’at Islam. (Thabari III, hal : 332).
Nabi-nabi itu semuanya sudah berjanji
begitu.
Ini adalah suatu pertanda bahwa nabi
Muhammad adalah nabi yang paling mulia dan paling tinggi derjatnya dibandingkan
nabi-nabi lainnya.
Dalil ketiga
Tuhan berfirman :
ما كان محمد ابا احد من رجالكم ولكن رسول الله
وخاتم النبيين وكام الله بكل شئ عليما
Artinya :”tiadk adak Muhamamd itu bapak
dari seorang laki-laki kamu, tetapi ia rasul Allah dan Nabi penutup (Al-Ahzab :
40).
Ayat ini menyatakan bahwa nabi Muhammad
adlah rasul Allah, utusan Allah.
Inilah derajat yang tinggi, karena Allah
tidak mempercayakan wahyunya kepada orang selain yang dipercayainya.
Selanjutnya dalam ayat ini dikatakan
bahwa nabi Muhammad Saw, sebagai nabi penutup, tidak ada lagi nabi sesudah
beliau.
Maka karena itu sekalian manusia di
dunia sejak mulai dari beliaudirasulkan sampai kepada akhir zaman yang belum
tentu lagi berapa lamanya, adalah ummat nabi Muahammad Saw, sedang nabi-nabi
terdahulu sebelum beliau hanya diutus Tuhan untuk sekelompok manusia pada
zamannya, dan untuk waktu yang terbatas.
Nabi Muhammad Saw, adalah Rasulullah yang
diutus untuk seluruh manusia diatas jagat raya ini mulai dari zaman beliau
sampai akhir zaman.
Disitulah letaknya kemuliaan beliau.
Dalil keempat
Tuhan berfirman :
ان الزين يبايعونك انما يبايعون الله
Artinya :”orang-orang yang membai’ah
engkau hai Muhammad, sesungguhnya mereka membai’ah kepada Allah (Al-Fath : 10).
Membai’ah artinya berjanji = melakukan
perjanjian setia.
Sekalian orang yang berjanji setia
kepada nabi Muhammad Saw, seolah-olah ia berjanji setia kepada Allah.
Maka ayat ini menyatakan bahwa nabi
Muhammad Saw, adalah insan yang paling mulia disisi Tuhan, insan yang
dijadikannya khalifah diatas bumi, sehingga sekalian orang yang berjanji setia
kepada beliau seolah-olah berjanji setia kepada Tuhan.
Tidak ada derajat yang paling tinggi dan
paling mulia dari derajat Khalifah Allah yang sebenar-benarnya diatas bumi.
Dalil kelima
Allah berfirman :
تلك الرسل فضلنا بعضهم على بعض منهم من كلم الله
ورفع بعضهم درجات
Artinya :”rasul-rasul itu kami lebihkan
sebagiannya dari yang lain, diantaranya ada yang bercakap-cakap dengan Tuhan,
dan ada yang kami lebihkan derajatnya. (Al-Baqarah : 253).
Menurut Mujahid, seorang ahli tafsir,
bahwa rasul yang diangkat tinggi derajatnya itu adalah nabi Muhammad Saw,
karena beliau diutus menjadi rasul Allah untuk seluruh manusia, sedangkan
rasul-rasul lain hanya diutus untuk sekelompok manusia. (Tafsir Thabari III,
hal :1).
Oleh karena itu nabi Muhammad Saw,
adalah rasul yang paling mulia dibanding dengan rasul-rasul lain.
Dalil keenam
Tuhan berfirman :
قل ان كنتم تحبون الله فاتبعونى يحببكم الله
ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم
Artinya :”katakanlah (hai Muhammad) :
kalau kamu betul-betul mencintai Tuhan, ikutlah aku ! niscaya kamu akan
dicintai pula oleh Tuhan, dan diampuni dosamu, hanyasanya Tuhan itu maha
pengampun dan maha penyayang (Ali Imran : 31).
Sebab-sebab turunnya ayat ini, bahwa
sekumpulan orang yahudi datang kepada nabi Muhammad Saw, mengatakan bahwa
mereka mencintai Tuhan, dan Tuhan mencintai mereka. Karena mereka tidak perlu
lagi beriman kepada nabi Muhammad, karena Tuhan sudah mencintai mereka, kata
mereka.
Tuhan membntah perkataan yahudi tersebut
dengan firmannya, yaitu syarat mencintai Tuhan apabila ia mau mengikut nabi,
bila mereka mempercayai nabi, barula Tuhan mencintai mereka, dan jika tidak
maka tuhan tidak cinta pula kepada mereka.
Ayat diatas membuktikan bahwa nabi
Muhammad Saw, sangat dimuliakan tuhan, karena Tuhan tidak mencintai dan
mengasihi siapapun juga, dan tidak mengampuni dosa siapapun juga, bila mereka
tidak beriman dan mempercayai kepada nabi Muahammad Saw.
Nah,,,, kalau digali dan dibongkar
ayat-ayat suci alqur’an yang menyatakan nabi Muhammad Saw, adalah makhluk yang
paling mulia disisi Tuhan, niscaya tidak mungkin dipaparkan dengan sekedar
tulisan seperti ini, tapi membutuhkan paparan yang sangat panjang dan luas.
V.
PERTANYAAN DAN
JAWABAN
Kemungkinan ada
pertanyaan sekitar masalah membaca sayidina ini, dan karena ini kami turunkan
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin kira-kira timbul, dan berikutnya kami
berikan jawaban atas jawaban itu dengan sebaik-baiknya, insya Allah.
Satu
Ada sebagian
muballigh yang tidak suka kepada pembacaan/pemakaian “sayidina”, memberikan
penerangan dalam majelis-majelis ta’lim, menerangkan bahwa nabi Saw, ada
mengatakan :
لا تسيدونى فى الصلاة
Artinya :”jangan bersayidina kepadaku
dalam sembahyang
Bagaimana dengan hadist ini ?????
Jawaban :
Hadist ini memang sudah sejak lama
beredar dari mulut ke mulut, yaitu sedari masa imam Ramli (wafat 1004 H) sudah
beredar juga. Tetapi setelah diselidiki kitab-kitab hadist, ternyata hadist ini
tidak ada.
Hadist ini adalah maudhu’ atau palsu,
yang dibuat oleh orang-orang yang berkepentingan.
Dalam kitab nihayah dikatakan :
اما حديث لا تسيدونى فى الصلاة فباطل لا اصل له
كما قاله بعض متاخرى الحفاظ
Artinya :”dan adapun hadist “LA
TUSAYYIDU FIS SHALAH” adalah hadist yang bathil, tidak berdasar. Demikian yang
dikatakan oleh sebahagian huffadh (orang-orang penghafal hadist).
(nihayah I, hal : 509).
Banyak lagi kitab-kitab yang mengatakan
hadist itu adalah hadist palsu yang dibuat-buat orang dengan maksud tertentu.
Menurut qaidah ushul fiqih hadist yang
palsu atau maudhu’ tidak bisa dipakai untuk menjadi dalil.
Kedua
Dalam mengucapkan shalawat sebagaimana
yang diajarkan nabi Saw. Yang tersebut dalam kitab Bukhari dan Muslim, tidak
ada Nabi mengajarkan bacaan “sayidina” itu.
Hadist itu begini bunyinya :
عن ابي سعيد الخدري قال قلنا يا رسول الله هذا
السلام عليك فكيف نصلى : قالوا :
Artinya :”dari Abi Sa’id al Khudri
beliau berkata : bertanya kami, hai Rasulullah ! cara untuk memberi salam
kepada tuan, sudah kami mengerti, maka bagaimana pula cara mengucap shalawat
kepada tuan ?
Nabi menjawab, Ucapkanlah :
اللهما صل على محمد عبدك ورسولك كما صليت على
ابراهيم وبارك على محمد وعلى ال محمد كما باركت على ابراهيم وال ابراهيم
Artinya :”Ya Allah, turunkanlah rahmatmu
kepada Muhammad, hambamu dan rasulmu, sebagaiman engkau telah menurunkan rahmat
atas Ibrahim.
Dan berilah keberkatan kepada Muhammad
dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim dan
keluarganya. (H.R. Bukhari, sahih Bukhari IV, hal : 76).
Ternyata dalam hadist ini bahwa shalawat
yang diajarkan nabi tidak memakai “sayidina”. Bagaimana itu ???
Jawaban
Hal ini sudah lama diperbincangkan oleh
Ulama-Ulama besar yang fatwanya Mu’tamad. Beliau-Beliau itu berkesimpulan
sebagai berikut :
a) Memang Nabi tidak mengajarkan
“sayidina” ketika itu, tetapi beliau mengajarkan bacaan shalawat yang minim,
yang paling kurang yang pasti dibaca.
Yang paling
kurang adalah yang mesti dibaca adalah 4 unsur, yaitu :
اللهما
: Allahumma
صل : shalli
على : ’ala
محمد : Muhammadin
Kempat-empat unsur ini sudah dibaca
dengan cukup.
Adapun bersayidina bukanlah mesti
dibaca, tetapi yang lebih afdhal, yang lebih baik, karena lafadh yang dibaca
dengan lidah adalah manifestasi dari sikap menghormati dan memuliakan nabi,
dengan hati.
b) Ada kemungkinan nabi Saw, tidak
senang mengajarkan “sayidina” ketika itu, karena bacaan ini langsung menyangkut
dengan diri beliau.
Beliau tidak
suka menyombongkan diri, sebagaiman yang dikatakan oleh hadist-hadist yang
lain.
Kalau
diibaratkan dengan seorang presiden bila ditanyakan tentang bagaimana panggilan
kepadanya; sebutan apa yang baik, pakai tuan besar, paduka atau lainnya ???
Kalau Presiden
itu adalah orang yang tidak suka menyombongkan diri, tentu beliau akan menjawab
: Ah,,, kepada saya panggil saja “saudara” atau sebut nama saja, itu sudah
cukup.
Dalam hal ini
bukanlah berarti kita dilarang untuk memanggil nama beliau dengan “paduka”,
kalau kita memanggil presiden dengan nama saja, seolah-olah kita tidak sopan
dan tidak hormat.
Memakai
kata-kata “yang mulia” ketika berbicara dengan presiden adalah kata-kata
manifestasi dari kesopanan dan akhlak yang baik. Begitu jugalah maksud
bersayidina kepada nabi Saw, sebagai manifestasi dari kesopanan kita,
penghormatan kita dan beradap.
Ketiga
Apakah membaca
“sayidina” tidak menentang nabi ????
Beliau mnyuruh
kita mengucapkan shalawat dengan tidak memakai “sayidina”, tetapi kita membaca
pakai sayidina.
Bagaimana itu ??
Jawaban
Bukan, bukan !!!
dalam hadist bukhari, nabi hanya menyuruh kepada kita mengucapkan shalawat, ini
sudah kita lakukan dengan sebaik-baiknya. Tetapi membaca “sayidina” adalah
tambahan untu memuliakan atau menghormati beliau.
Membaca
“sayidina” dalam mengucapkan shalawat berarti :
1)
Kita telah menjalankan perintah
nabi dengan sebaik-baiknya,
2)
Kita telah melaksanakan adap dan
sopan kepada nabi Saw.
Kalau mengucapkan shalawat tanpa
“sayidina” berarti kita sudah menjalan perintah saja, tanpa memberikan
penghormatan dan adap kesopanan.
Keempat
Andaikata terjadi pertentangan antar
perintah dan adab dan kita harus memilih salah satunya, manakah yang akan kita
dahulukan ???
Jawaban
Dalam hal itu
terdapat dua fatwa, yaitu ada yang mengatakan suruhan musti didahulukan, dan
ada yang mengatakan sebaliknya, yaitu adab dan sopan yang harus dilaksanakn
terlebih dahulu.
Tersebut dalam
kitab tauhid “syarqawi” syarah sanusi, bahwa fatwa yang rajih atau kuat
adalahmenjalankan adb didahulukan daripada menjalankan perintah. (syarqawi,
syarah sanusi, hal : 8).
Dalil dan
pendapat ini tersebut dalam hadist bukhari dan muslim, bahwa pada suatu kali
nabi Muhammad Saw, tidak berada dalam kota karena pergi kesuatu tempat untuk
mendamaikan 2 kaum yang berselisih.
Setelah datang
waktu sembahyang, nabi Saw, belum juga pulang, maka sayidina bilal pergi kepada
sayidina abu bakar meminta kiranya beliau menjadi imam sembahyang karena nabi
Saw belum pulang.
Sayidina Abu
Bakar menyanggupinya.
Setelah
sembahyang berjalan, kebetulan nabi Saw, datang dan langsung menuju ke shaf
yang pertama,makmum dengan bertepuk tangan dengan memberi tahu kepada syidina
Abu Bakar bahwa nabi sudah datang. Banyak makmum yamg memberikan isyarat dengan
bertepuk sehingga sayidina abu bakar berpaling muka melihat nabi.
Nabi Saw,
memberi isyarat dengan tangan beliau supaya sayidina Abu Bakar terus saj
mengimani sembahyang itu, tetapi sayidina Abu Bakar ketika itu tidak
menghiraukan isyarat nabi sehingga beliau mundur, kebelakang barisan shaf.
Dengan mundurnya
sayidina Abu Bakar maka nabi Saw, langsung maju ke muka menggantikan sayina Abu
Bakar menjadi imam sembahyang.
Setelah selesai sembahyang, nabi Saw,
bertanya :
1. Mengapa saudara-saudar bertepuk ?
kalau terjadi sesuatu dalam sembahyang, maka untuk memberitahukan atau
mengisyaratkan kepada imam haruslah dengan membaca “subhanallah”. Bukan
bertepuk.
2. “hai Abu Bakar” kenapa ketika
saya isyarat kepada engkau untuk melanjutkan menjadi sebagai imam sembahyang
tidak engkau terima ?? apakah yang mendorong engkau berbuat demikian ??
Sayidina Abu Bakar
menjawab :”tidak layak bagi anak Quhafah berdiri sebagai imam di depan
Rasulullah” (Dalilul Falihin, syarah riyadhus salihin II, hal : 48-52).
Dari hadist ini dapat diambil kesimpulan bahwa sayidina Abu Bakar mendahulukan
penghormatannya, adb dan sopan daripada perintah Rasulullah, dan Rasulullah
membenarkan itu.
Tetapi dalam membaca “sayidina” tidak terjadi pertentangan diantara suruhan
dan adab yang harus dipilih salah satunya daripada itu.
Kedua-duanya dapat dijalankan serentak, yaitu mengikuti suruhan nabi dan
melaksanakan penghormatan kepada nabi Saw.
Kelima
Kenapa untuk
memuliakan nabi Saw, hanya dipakai kalimat “sayidina” ? sedangkan
kalimat-kalimat lain yang menunjukkan penghormatan kepada nabi sangat banyak ??
umpamanya :
a.
Khatamun nabiyyin (nabi paling
akhir)
b.
Sayidul mursalin (penghulu segala
rasul)
c.
Imamul muttaqin (imam orang-orang
yang bertaqwa)
d.
Rasulur rahmah (rasul yang
membawa rahmat)
e.
Dan lain-lain.
Jawaban
Jawaban
pertanyaan ini dibagi menjadi dua :
1. Menurut fatwa ulama-ulama Ahlussunnah
wal jama’ah bahwa boleh dan baik juga memakai kata-kata penghormatan apa saj
dihadapan nama nabi, baik dalam shalawat atau dalam bebicara biasa.
Umpamanya kita katakan :
a.
Berkata nabi besar Muhammad Saw.
b.
Berkata pemimpin besar nabi
Muhammad Saw
c.
Berkata junjungan kita nabi
Muhammad Saw.
d.
Berkta yang mulia nabi Muhammad
Saw.
e.
Berkata nabi akhir zaman sayidina
Muhammad Saw.
f.
Berkata qaidul khafiri nabi
Muhammad Saw.
g.
Dan lain-lain
Semuanya boleh
dan semuanya baik, karena semuanya menunjukkan penghormatan kepada nabi yang
mulia, yang tidak boleh adalah sebagaimana yang telah kami terangkan diatas,
yaitu yang tidak sopan dan tidak hormat.
2. Memakai sayidina dalam
mengucapkan shalawat ialah mengamalkan dan mematuhi apa yang dikatakan nabi
Saw,
Beliau bersabda
:
انا سيد ولد ادم يوم القيامة
Artinya :”saya adalah penghulu sekalian
anak adam di hari qiamat. (H.R Muslim XV, hal :37).
Kita ummat islam
harus bahkan wajib menyambut dengan kedua telapak tangan, dan langsung
mengamalkannya dengan meletakkan kata-kat sayidina dihadapan nama nabi Saw,
Patuh dan tha’at
kepada rasulullah adalah hakikat dari agama kita islam yang suci ini.
Penutup
Demikianlah
sekelumit pembahasan tentang membaca “sayidina” dalam mengucapkan shalawat
kepada nabi Saw, mudah-mudahan dapat dipahami dan dimengerti oleh kita selaku
ummat islam seluruhnya, sehingga kita dapat menghormati nabi Saw, melebihi dari
segala-galanya.
MARILAH KITA MENGUCAPKAN BERSAMA-SAMA
KALIMAT UNTUK MENGHORMATI NABI MUHAMMAD SAW.
اللهما صلى على سيدنا محمد عبدك ورسولك النبي الامي وعلى اله واصحابه
وبارك وسلم